CANDI IJO
Candi Ijo adalah sebuah kompleks
percandian bercorak Hindu, berada 4 kilometer arah tenggara dari Candi
Ratu Boko atau kita-kira 18 kilometer di sebelah timur kota Yogyakarta. Candi ini diperkirakan dibangun antara kurun abad ke-10 sampai
dengan ke-11 Masehi pada saat zaman Kerajaan
Medang periode Mataram.
Kompleks percandian Ijo dibangun pada punggungan bukit yang
disebut Gumuk/Bukit Ijo. Nama ini telah disebut dalam prasasti Poh berangka tahun 906 Masehi berbahasa
Jawa Kuna, dalam penggalan " ... anak wanua i wuang hijo ..." (anak desa, orang Ijo).
Bangunan candi induk berdiri di atas kaki candi yang
berdenah dasar persegi empat. Pintu masuk ke ruang dalam tubuh candi terletak
di pertengahan dinding sisi barat, diapit dua buah jendela palsu, yakni relung
gawang jendela tapi tidak tembus berlubang pada ruangan di dalam. Pada dinding
sisi utara, timur, dan selatan masing-masing terdapat tiga relung yang dihiasi
ukiran kala makara. Relung yang
tengah lebih tinggi dari dua relung yang mengapitnya. Relung-relung ini kini
kosong, diduga mungkin dulu pada relung-relung ini pernah terpasang arca.
Untuk mencapai pintu yang terletak sekitar 120 cm dari
permukaan tanah dibuat tangga yang dilengkapi dengan pipi tangga berbentuk
sepasang makara, makhluk
mitos berbentuk bertubuh ikan dan berbelalai seperti gajah. Kepala makara
menjulur ke bawah dengan mulut menganga. Di atas ambang pintu terdapat hiasan
kepala Kala bersusun. Pada bagian pintu masuk terdapat ukiran kala makara,
berupa mulut raksasa kala yang tersambung makara. Pola
kala-makara ini lazim ditemukan dalam ragam hias candi-candi Jawa Tengah.
Sebagaimana yang terdapat di candi-candi lain di Jawa Tengah dan Yogyakarta,
kedua kepala Kala tersebut tidak dilengkapi dengan rahang bawah. Di atas ambang
kedua jendela palsu juga dihiasi dengan pahatan kepala Kala bersusun.
Di dalam mulut masing-masing makara terdapat relief burung bayan kecil. Jendela-jendela palsu ada
bagian luar dinding utara, timur dan selatan, yaitu tiga buah pada masing-masing
sisi. Ambang jendela juga dibingkai dengan hiasan sepasang makara dan kepala
kala seperti yang terdapat di jendela palsu yang mengapit pintu.
Dalam tubuh candi induk ini terdapat sebuah ruangan. Di
tengah dinding bagian dalam sisi utara, timur dan selatan masing-masing
terdapat sebuah relung. Setiap relung diapit oleh pahatan pada dinding yang
menggambarkan sepasang apsara yang terkesan terbang menuju ke arah
relung. Tepat di tengah ruangan terdapat lingga dan yoni yang disangga oleh figur ular sendok.
Makhluk yang berasal dari mitos Hindu ini melambangkan penyangga bumi.
Penyatuan lingga dan yoni melambangkan kesatuan antara Syiwa dan Parwati
shaktinya.
Atap candi bertingkat-tingkat tiga undakan, terbentuk
dari susunan segi empat yang makin ke atas makin mengecil. Di setiap sisi
terdapat deretan tiga ratna di masing-masing tingkat. Sebuah ratna berukuran
lebih besar terdapat di puncak atap. Sepanjang batas antara atap dan dinding
tubuh candi dihiasi dengan deretan pahatan dengan pola berselang-seling antara
sulur-suluran dan gana (makhluk kerdil). Sepanjang tepi atap dihiasi dengan
deretan antefiks dengan bingkai sulur-suluran. Dalam masing-masing bingkai
terdapat arca setengah badan yang menggambarkan dewa dalam berbagai posisi
tangan.


0 comments:
Post a Comment